Di tengah ribuan truk yang masih tertahan dan mengantri di perbatasan Rafah untuk bisa masuk ke Jalur Gaza, sebagian truk-truk bantuan dari rakyat Indonesia melalui MER-C berisi tepung terigu dan paket bahan makanan sudah berhasil masuk.
Hal ini dilaporkan oleh dua relawan MER-C yang masih berada di Jalur Gaza, Fikri Rofiul Haq dan Reza Aldilla Kurniawan. Mereka bersama tim mitra lokal dari Medics World Wide ikut menerima dan mendistribusikan secara langsung bantuan-bantuan tersebut kepada para warga korban agresi Israel.
Sejak agresi dimulai, MER-C terhitung telah menyalurkan tiga tahap khusus bantuan yang dikirimkan dari Mesir.
“Bantuan MER-C dari Mesir sudah bisa masuk Jalur Gaza. Sampai hari ini pertanggal Senin 26 Februari 2024 sudah ada tiga tahap bantuan yang masuk,” kata Fikri.
Distribusi bantuan tidak hanya di Gaza Selatan namun juga hingga ke Gaza Tengah. Selanjutnya, MER-C berharap truk-truk bantuan lainnya berupa paket bahan makanan, air minum dan khususnya obat-obatan serta alat kesehatan juga bisa segera masuk ke Jalur Gaza.
Bantuan MER-C yang tiba pertama di Jalur Gaza adalah tepung terigu berjumlah 1.500 karung atau satu kontainer penuh yang sudah dibagikan ke titik-titik pengungsian baik di Gaza bagian tengah maupun Gaza bagian Selatan.
Untuk pembagian bantuan awal 1.500 karung masuk ke Gaza sekitar bulan Desember 2023. Dalam kesempatan distribusi tepung terigu, relawan MER-C di Gaza belum bisa ikut membagikan secara langsung karena saat itu situasi belum memungkinkan.
“Saat itu Tim MER-C cabang Gaza ikut serta dalam pembagian tersebut, namun kita tidak bisa melanjutkan dan diteruskan oleh lembaga mitra lokal untuk membagikan bantuan MER-C yang tersisa karena serangan Israel masih mencekam,” ujar Fikri.
Kemudian bantuan tahap dua berupa paket bahan makanan baru memasuki Gaza pada 23 Februari 2024. Proses pembagian bantuan kali ini dapat langsung dipantau Relawan MER-C di Gaza. Mereka juga ikut serta dalam pembagiannya ke Kota Deir Balah, Gaza bagian Tengah, hari Sabtu, 24 Februari 2024.
Tahap ketiga, MER-C kembali mengirimkan tepung terigu dari Mesir yang berhasil tiba di Gaza pada Minggu, 25 Februari 2024. Pembagiannya kepada para pengungsi juga dilakukan langsung oleh relawan MER-C, hari Senin, 26 Februari 2024.
Sulitnya Bantuan Menembus Perbatasan Rafah
“Tentunya bantuan yang kita belanjakan di Mesir dan kirim ke Gaza membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang sangat sulit. Kita sempat berbincang dengan Tim Medics World Wide selaku lembaga yang punya akses memasukkan bantuan ke Gaza. Mereka mengatakan truk-truknya mengalami banyak kendala untuk memasuki Gaza,” tutur Fikri.
Pertama adalah antrean yang cukup panjang dan proses perizinan yang membutuhkan paling sebentar adalah dua pekan dan paling lama berbulan-bulan. Kedua truk-truk bantuan yang sudah mendapat izin dari gerbang Rafah, perbatasan Mesir dan Gaza, tidak langsung bisa masuk ke Jalur Gaza tetapi harus dialihkan ke perbatasan Karim Abu Salim, perbatasan Israel dan Mesir, di sana semua barang dibongkar dan diperiksa oleh mereka. Jika memenuhi syarat baru proses selanjutnya bisa dijalankan, yaitu masuk ke Jalur Gaza dan diturunkan di gudang-gudang yang sudah tersedia.
Sepanjang proses ini banyak barang-barang bantuan yang dikirimkan tidak bisa masuk, karena tidak memenuhi syarat Pemerintah Israel bahkan barang-barang bantuan banyak yang rusak akibat pemeriksaan tersebut.
Distribusi Bantuan Sulit karena Situasi yang Masih Mencekam
Fikri mengungkapkan, kendala lapangan dalam mendistribusikan bantuan juga sangat banyak. Salah satunya kondisi mencekam karena serangan Israel yang masih berlangsung, terlebih lagi mereka manargetkan fasilitas umum seperti rumah sakit, kantor-kantor media, tenda-tenda pengungsian, bahkan truk-truk batuan yang masuk ke Jalur Gaza juga sering kali menjadi target Israel.
Kesulitan lainnya adalah masih banyak warga Gaza yang belum mendapatkan bantuan karena ada lebih dari 1.9 juta warga mengungsi di berbagai tempat yang ada di Jalur Gaza dan mereka meninggalkan rumah karena kondisi yang cukup buruk.
“Masyarakat Gaza sangat berharap genjatan senjata permanen agar mereka bisa pulang ke rumah masing-masing walaupun sebagian rumah mereka sudah banyak yang hancur dan rata dengan tanah oleh Zionis Israel,” kata Fikri.
Lebih lanjut Fikri menuturkan, saat ini warga Gaza membutuhkan tenda-tenda untuk tempat tinggal dan pakaian hangat karena di Jalur Gaza sudah memasuki musim dingin. Mereka tidak sempat menyelamatkan berang-barang. Tentara Israel juga sering kali memerintahkan mereka tidak membawa apapun saat proses evakuasi.
“Semoga peperangan ini selesai dan masyarakat Gaza bisa Kembali membangun kehidupan mereka yang baru,” ucapnya.*